"Gumi Linggah Ajak Liu" adalah pepatah dari Bali yang sarat akan makna. Secara etimologi, kata tersebut artinya Bumi itu luas dan banyak orang yang tinggal disini. Makna dari pepatah ini sangat dalam; banyak orang dengan berbagai karakter; ada yang baik, ada yang jahat, ada yang penolong, ada yang tidak suka menolong, ada yang pendek dan ada yang tinggi. Intinya Bumi itu penuh dengan perbedaan maka berhati-hatilah dalam berpikir, berbicara dan bertindak agar tidak salah langkah. Hal ini menjadi salah satu filosofi yang dipegang teguh oleh masyarakat Bali yang dibawa secara turun-temurun.

Di Kabupaten Luwu Timur; Sulawesi Selatan adalah salah satu contoh kabupaten dengan keragaman yang paling banyak di tanah air (tentunya tidak ada yang mengalahkan Jakarta). Kabupaten ini memiliki penduduk dan agama yang majemuk suku Bugis, suku Toraja, Suku Jawa, suku Bali, Madura, sunda dan masih terdapat suku lainnya. Agama juga demikian, tercatat ada semua agama Nasrani, Hindu, Budha dan juga Islam yang merupakan agama yang dipeluk sebagian besar penduduknya.

Menarik untuk diketahui bahwasanya Suku Jawa, suku Sunda dan suku Bali merupakan angkatan transmigrasi di tahun 1970 hingga 1980-an serta pada masa penjajahan merupakan tenaga rodi belanda di tahun 1930 –an yang hingga kini menjadi penduduk tetap yang ikut membagun dan memajukan daerah Luwu Timur. Angka yang menarik juga adalah bahwa Suku jawa paling banyak jumlahnya yaitu sekitar 30 persen dari total penduduk."

Tapi jangan salah, perbedaan bukan merupakan sebuah alasan untuk terpecah belah, tapi merupakan alasan untuk menjalin persatuan bangsa. Masyarakat Luwu Timur sudah terlatih puluhan tahun untuk memahami dan mengerti perbedaan. Memiliki tetangga beda agama atau beda suku sudah sangat biasa. Tingkat kedewasaan ini perlu latihan; latihan untuk memahami dan menerima perbedaan.

Saya sebagai penulis sangat bangga dengan Luwu Timur; coba perhatikan salam sambutan dari setiap jajaran kepemimpinan daerah (Bupati, Camat, KADIS dsb) selalu mengawali sambutan atau pidato dengan kalimat.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh! Salam sejahtera untuk kita semua! Om Swastyastu"

Ini menunjukan bahwa jajaran kepemimpinan kepala daerah merupakan salah satu yang getol merajut kerukunan di Bumi Batara Guru (Lihat artikel ini kenapa Luwu Timur juga dikenal dengan nama Bumi Batara Guru), dengan mengucap salam dari 3 agama dengan penganut terbesar di daerah ini.

Semoga lestari alamku, damai bangsaku, sejahtera rakyatku.

Moment-moment dibawah diambil dari acara Utsawa Dharma Gita Kabupaten Luwu Timur pada tanggal 20, 21 dan 22 Mei 2016 di desa Kalaena Kiri Luwu Timur - Sulawesi Selatan.

 

Team Penyambutan Peserta UDG dan Tamu Kehormatan

 

Team Penyambutan Peserta UDG dan Tamu Kehormatan

 

Para Penari Cilik.

Setiap kontingen dari masing-masing kecamatan ditemani oleh Camat atau PLT yang Mewakili

 

 

Wajah-wajah peserta karnaval Utsawa Dharma Githa

 

 

Wajah-wajah peserta karnaval Utsawa Dharma Githa

 

Wajah-wajah peserta karnaval Utsawa Dharma Githa

 

Wajah-wajah peserta karnaval Utsawa Dharma Githa

 

 

Wajah-wajah peserta karnaval Utsawa Dharma Githa. Kontingen dari salah satu kecamatan yang ditemani oleh ibu camat nan cantik.

 

Wajah-wajah peserta karnaval Utsawa Dharma Githa - Pembawa Plakat menggunakan Baju Tradisional Bugis/Sulawesi Selatan

 

Wajah-wajah peserta karnaval Utsawa Dharma Githa, dengan kostum dari berbagai suku

 

 

Wajah-wajah peserta karnaval Utsawa Dharma Githa

 

Wajah-wajah peserta karnaval Utsawa Dharma Githa

 

Wajah-wajah peserta karnaval Utsawa Dharma Githa

 

Wajah Ibu Ini Menarik untuk Difoto, ternyata Beliau adalah salah satu jajaran panitia UDG

 

Wajah-wajah peserta karnaval Utsawa Dharma Githa

 

Wajah-wajah peserta karnaval Utsawa Dharma Githa. Matahari terik tidak menyurutkan minat untuk hadir.

 

Wajah-wajah peserta karnaval Utsawa Dharma Githa

 

Bahkan Wajah dari India pun ikut hadir dengan aliran Hare-Krisnanya. Sungguh menarik untuk diketahui.